MATA SUAMI MATA ISTRI
Penulis : Aveus Har Feat. The Labitans
Penyunting : Feresha Ray
Desain Sampul : Mei Lee
Tata Letak : Tim AE
Tebal : 171 Halaman
ISBN : 978-602-5912-21-5
Cetakan pertama,
Oktober 2018.
Cerita-cerita
yang harus kau baca sebelum dan/atau sesudah menikah
“Hanya
karena dongeng Cinderella diakhiri terlalu dini, dengan mudah kita menyimpulkan
bahwa pernikahan Cinderella adalah pernikahan yang sempurna. Pada kenyataannya,
kita tahu, pernikahan hanyalah sebuah titik awal cerita baru yang kisahnya
belum kita tahu.”
BLURB
Semua cerita dalam
buku ini berkisah tentang hubungan dan problematika suami istri yang tidak
berpretensi untuk memberi petuah, tidak pula hendak menghakimi; cerita-cerita
ini hadir dan mengalir sebagaimana air yang bisa menjadi cermin, meski
terkadang tak selalu bening. Pernikahan bukanlah akhir sebuah penantian panjang
para jombloers, namun mungkin pula awal sebuah penderitaan berkepanjangan.
Aha-ha!
--Khopipah, seorang
ibu muda.
1. Suami; Suatu
Ketika
Semua Suami
Bahagia, bahagia dengan cara yang sama. Suami Tak Bahagia, tak bahagia dengan
cara masing-masing.
Disambut
dengan cerita seorang suami yang tidak merasakan kehidupan di pernikahannya,
cukup membuatku membacanya dengan perasaan sedikit sebal. Menyimak bagaimana si
tokoh menilai istrinya dengan begitu dangkal. Namun, ketika membaca
kelanjutannya membuat perasaan kesal tadi menjadi terbayarkan. Pesan moral yang
luar biasa. Para suami yang merasakan kekeringan di dalam rumah tangganya wajib
menyelami kisah ini.
Meskipun
begitu, di suatu paragraf saya menemukan kalimat yang menurutku kurang pas,
yaitu:
Ubun-ubunnya
dibakar geram; kenapa tak pernah berani dia sudahi pernikahan hambar ini?
Betapa dungunya aku! Dia memaki sendiri.
Menurut saya kalau ditulis seperti ini akan lebih pas:
Ubun-ubunnya
dibakar geram; kenapa dia tak pernah
berani menyudahi pernikahan hambar ini? Betapa dungunya aku! Dia memaki diri sendiri.
Di
kalimat berikutnya saya menemukan pengulangan kata yang berada berdekatan:
Berpikir
malam ini mereka bisa bertengkar, dan kemudian bercerai, dan kemudian menikah
lagi dengan perempuan lain yang bisa membuatnya bahagia.
Kalau
ditulis seperti ini menurutku lebih tepat:
Berpikir
malam ini mereka bisa bertengkar, kemudian bercerai, lalu menikah lagi dengan perempuan lain yang bisa
membuatnya bahagia.
2. Jodoh Karyamin
Bahagia
Menceritakan
Karyamin Bahagia yang sudah sepuluh tahun menikah, tapi tidak kunjung diberi
titipan anak oleh Sang Pencipta. Awalnya hal itu tidak membuat Karyamin merasa
tidak bahagia, tapi ucapan bosnya, Koh Liem, membuatnya menjadi risau.
Di sini
Koh Liem menyinggung soal eksistensi diri, bagaimana kelak jika nama Karyamin
tidak ada bin-nya. Bagiku pribadi,
cukup mengejutkan, karena biasanya seorang Cina beragama nonmuslim, sepatutnya
tidak mengenal persoalan ‘bin’. Namun, itu hanya pemikiran pribadi saya saja. Tentu
saja, jika kalian membaca cerita ini pasti akan dibuat terkejut dan kesal, juga
mendapatkan pelajaran berharga.
Di
suatu paragraf aku menemukan pengulangan kata penghubung yang dirasa kurang
pas:
Karyamin
ingat, mereka pernah ke dokter kandungan ‘dan’ menghabiskan uang
tabungan, ‘dan’ setelah beberapa kali disuruh datang balik, mereka hanya
diberi keterangan tidak ada masalah dalam kesuburan keduanya.
Aku
rasa kalau satu kata penghubungnya dihilangkan akan lebih enak dibaca:
Karyamin
ingat, mereka pernah ke dokter kandungan ‘dan’ menghabiskan uang
tabungan. Setelah beberapa kali disuruh datang balik, mereka hanya diberi
keterangan tidak ada masalah dalam kesuburan keduanya.
3. Tiga Nasihat
Laki-Laki Lansia untuk Pernikahan Bahagia
Menceritakan
tentang tiga nasihat tentang pernikahan dari seorang pria tua kepada seorang
pemuda yang ingin menikah juga … keras kepala.
Cerita
ini mantul buat pasangan yang ingin
menikah, wajib dibaca jika ingin pernikahannya bahagia.
Pada
suatu paragraf yang lumayan panjang, saya menemukan beberapa kata yang diulang,
letaknya juga berdekatan. Ada tujuh kata ‘yang', enam kata ‘itu’, dan tiga kata
‘dan’ yang sangat berdekatan.
Di
paragraf lain, saya juga menemukan kata 'yang' diulang dalam jarak yang dekat.
Seperti ini:
Dan,
barangkali karena sang istri sebelumnya tidak pernah bekerja, tidak pernah
mendapatkan penghasilan sendiri, maka dst.
Menurut
saya, kalau kata “tidak pernah” kedua dihilangkan akan lebih enak dibaca.
4. Karyamin Jatuh
Cinta Pada Maneken
Jatuh
cinta pada maneken? Karyamin memang lelaki yang selalu ingin kesempurnaan. Dia
yang bercita-cita menjadi pemimpin, tetapi lupa pada keadaan dan kenyataan.
Pada
cerita ini masih ada beberapa pengulangan kata, yang saya rasa bisa dihilangkan
saja. Tidak akan merusak isi cerita dan feel saat membacanya.
5.
Memahami Perempuan
Terkadang
perempuan meminta yang aneh-aneh. Namun, sebenarnya saat dia mengatakan itu ada
sesuatu yang mengganggu pikirannya. Pada waktu itulah laki-laki diuji apakah
dia benar-benar memahami perempuan.
Full
dialog, tidak ada narasi. Namun, good.
Membacanya mengalir dan tidak membuat bingung.
6. Menjadi Kucing
Saat
membaca cerita ini saya tertawa campur dongkol juga, dengan tuduhan-tuduhan
istrinya Karyamin. Namun, tentu saja ada pelajaran yang terselip di sini. Tentang
kepercayaan kepada pasangan yang sangat penting dalam kehidupan berumah tangga.
7. Laki-Laki Pelupa
di Hari Ulang Tahun Pernikahan
Lupa
dengan hal-hal kecil tidaklah terlalu buruk, tapi jika tidak mampu melupakan
sesuatu yang besar adalah masalah. Seperti kisah Marjan dan Maria, si pelupa
dan si tidak pernah lupa. Hiks, ikut sedih.
8. Lalu Luka
Menceritakan tentang seorang perempuan yang mengalami banyak sekali kegagalan dalam berpasangan.
9. Centini Ingin
Terbang Tinggi (Kolaborasi dengan Al-al Malagoar)
Kisah seorang istri yang menginginkan kebahagiaan di pihaknya. Bagi saya agak sulit memahami ending-nya dan tidak menemukan hal yang spesial di sini.
10. Rahasia Bantal
(Kolaborasi dengan Zahratul Wahdati)
“Bantal
itu bisa bicara, Marala! Ia bisa membocorkan rahasia!”
Menceritakan tentang rahasia yang dibocorkan oleh bantal. Pada cerita ini saya pun kurang mengerti maksud dari isi cerita, yang saya mengerti, bantal di sini adalah perumpamaan, tapi saya belum mengerti betul artinya.
Bisa jadi bantal itu adalah Marala sendiri.
11. Lipstik Artis
dan Gincu Sukemi (Kolaborasi dengan Al-al Malagoar)
Menceritakan kehidupan sepasang suami dalam kesengsaraan hidup, beban ekonomi yang menghimpit.
Pada
judul di buku kata penghubung “dan” awalannya ditulis kapital, padahal harusnya
huruf kecil.
12. Perempuan Rumah
Merah (Kolaborasi dengan Agus Salim)
Dalam
mimpiku, aku menjadi perempuan di rumah itu.
Berkisah tentang seorang perempuan yang mendamba menjadi bagian di rumah merah yang berada di hadapan peraduannya. Namun, siapa sangka mimpi-mimpi itu mengusik si perempuan.
Ada
kalimat yang tidak dimengerti: Ia menuangkan air panas ke poci, meletakkan poci
itu di nampan bersama dua cangkir sesetoples gula jagung rendah kalori,
dst.
Kata
‘Sang Perempuan’ dan ‘Sang Laki-laki’, harusnya tidak dengan awalan huruf
kapital, karena penggunaan ‘sang’ yang memakai huruf kapital hanya untuk Tuhan
saja.
Ada
pengulangan kata pada kalimat: Aku tidak kehujanan, tidak kepanasan, tidak
kedinginan jadi sudah selayaknya dst.
Kalau
penulisannya begini akan lebih baik: Aku tidak kehujanan, kepanasan, atau
kedinginan. Jadi, sudah selayaknya dst.
13. Perempuan
Bersuamikan Setan (Kolaborasi dengan Al-al Malagoar)
Menceritakan bagaimana sakitnya penderitaan seorang istri karena laku suaminya sendiri.
Ada salah pengetikan pada kata:
·
dari
pada = daripada
·
Diakal
= di akal
14. Ia sedang
memainkan biola (Kolaborasi dengan Agus Salim)
“Akan
ada lilin dan doa-doa kesedihan. Aku tahu, jangan ada air mata bercucuran.
Biar
mereka tahu aku bahagia untuk pergi.”
*
“Kematian
bukanlah mimpi. Karena dalam kematian aku membelaimu dengan napas terakhir dari
jiwaku yang akan memberkatimu.”
Syahdu. Itulah yang saya dapat dari membaca cerita ini. Bagaimana hidup yang tak berpihak kepada sang tokoh. Kelam dan suram.
15. Perempuan Tua
dan Suratnya (Kolaborasi dengan Agung Yuli TH)
Berkisah soal seorang perempuan tua yang tak hentinya mengirim surat pada sang suami yang telah lama pergi. Kesetiaan yang membuat siapa saja pasti terharu, kasihan, dan pilu. Setia itu ada di dunia yang penuh pengkhianatan ini.
Ada
pengulangan kata 'dan' yang berdekatan di suatu paragraf. Sebaiknya dihilangkan
saja.
Pada
kalimat: Rumah itu berpagar batu, tua dan kusam.
Sebaiknya:
Rumah
itu berpagar batu, tua, dan kusam.
Karena tua dan kusam itu bukan kesetaraan.
Begitu
pun di kalimat dialog: “Ia lelaki yang baik, sangat tampan dan
gagah.”
Sebaiknya:
Seharusnya begini: “Ia lelaki yang baik, sangat tampan, dan gagah.”
Karena gagah
dan tampan itu tidak setara.
Ada
pula pengulangan kata di paragraf lain yang sebaiknya dibuang saja. Seperti:
“...
menunggu kabar dari burung-burung gereja sambil menjahit atau membaca atau
bersenandung.”
Sebaiknya
begini saja:
“...
menunggu kabar dari burung-burung gereja sambil menjahit, membaca, atau
bersenandung.”
Pada
kalimat: Mungkin saja ia telah menikahi perempuan lain di dermaga di mana
kapalnya singgah.
Sebaiknya
seperti ini: Mungkin saja ia telah menikahi perempuan lain di dermaga tempat
kapalnya singgah.
16.
Batang dan Daun; Kenangan dan Kerinduan (Kolaborasi dengan Justang Zealotous)
Dari semua kisah yang tertulis di sini, cerita inilah yang menjadi favorit bagi saya. Cinta dan kesetiaan yang nyata dan sederhana, seakan-akan kisah tersebut terpampang jelas di depan mata. Haru, tidak banyak hubungan yang terjalin seerat ini.
Batang dan daun, apalah artinya daun tanpa batang. Seperti layaknya seorang istri yang tak berarti tanpa suaminya.
Ada
salah penulisan pada kata keIslaman seharusnya keislaman.
Pada
kalimat: ... hubungan abadi ialah hubungan kasih di surga, bersama pohon palem,
pohon akasia, buah apel, buah anggur, dan sungai kecil yang mengalir di
antaranya.
Sebaiknya
ditulis seperti ini: ... hubungan abadi ialah hubungan kasih di
surga, bersama pohon palem dan akasia, buah apel dan anggur, dan sungai kecil
yang mengalir di antaranya.
Pada
kalimat: Aku ingat, saat itu malam hari, tiada bintang, tiada purnama, tiada
awan menggulung, tiada pula cericit burung atau lolongan anjing, melainkan
hanya batukmu yang mengisi sepanjang malam itu.
Sebaiknya
pengulangan kata tiada dibuat lebih prakatis, seperti: Aku ingat saat itu malam hari,
tiada bintang, purnama, awan menggulung, pun cericit burung atau lolongan
anjing, melainkan hanya batukmu yang mengisi malam itu.
Mata Suami Mata Istri adalah sajian untuk kalian yang belum, akan, atau sudah menikah. Ada banyak makna dan pelajaran yang terkandung di dalamnya, tanpa terkesan menggurui. Di sini kalian akan menemukan sendiri pesan yang disampaikan.
Beberapa kalimat yang saya kritik adalah menurut sudut pandang saya sendiri. Bagi saya masih banyak pengulangan kata yang bisa dibuat sehemat mungkin. Namun, mungkin penulis memiiki alasannya sendiri.
Beberapa kalimat yang saya kritik adalah menurut sudut pandang saya sendiri. Bagi saya masih banyak pengulangan kata yang bisa dibuat sehemat mungkin. Namun, mungkin penulis memiiki alasannya sendiri.
Sesuai label yang tertulis di sampul buku, buku ini ditujukan untuk usia 18 ke atas. Jadi, untuk yang masih di bawah umur harap bijak dalam memilah bacaan sesuai usia. Jangan melanggar label yang sudah ditulis.
Pernikahan bukanlah akhir dari perjalanan panjang memangkas kesendirian, melainkan awal untuk membangun tangga yang menjuntai ke surga. Hargai dan pahamilah pasangan masing-masing.
Posting Komentar
Posting Komentar